Saturday, December 3, 2022

Terluka Karena Cinta #Jalan_jalan


 

“Menurut bu Narsih sejak kapan istri ku mulai seperti itu.”

“eee maaf tuan, saya tidak tahu pasti, perkiraan saya  3 bulan terakhir ini nyonya Dewi sudah tidak keluar rumah,”

“Lalu ngapain aja selama ini dia diam di rumah”

“Di taman samping tuan, Nyonya Dewi paling sering duduk-duduk di sana.”

“Ok, kalian awasi dia, beritahu saya secepatnya, jika ada yang aneh atau mencurigakan!”

“Baik tuan, kami segera undur diri.”

Mereka berdua pun langsung keluar dari ruang kerja Dimas. Setelah memeriksa beberapa dokumen, Dimas segera ke luar menuju kamar pribadinya.

 

Linda yang sudah ada di kamar tamu mulai berbenah diri untuk acara makan malam bersama keluarga Dewi. Dengan menggunakan  B Erl Facial Wash, yang dikagumi dengan busanya, meskipun lembut, namun mampu mengangkat dan membersihkan pori-pori dari kotoran dan sisa make-upnya. Sehingga kesegaran wajahnya kembali dan terkesan glowing.

Setelah mandi Linda segera merias dirinya dengan menggunakan B Erl Three Way Cake ke wajahnya serta dilanjutkan memoles bisinya dengan Lip Treatment Mineacool keluaran B ERL COSMETICS, meskipun tampil glowing, namum tetap memberikan kesan yang sederhana dan baik kepada Dewi serta suaminya. Apalagi dirinya belum pernah berkenalan secara langsung dengan Dimas, suami Dewi, yang kabarnya pendiam, bahkan cenderung dingin terhadap wanita. Meskipun Dewi belum bercerita apapun tentang suaminya. 

 

Di meja makan Dimas telah duduk di kursi kebesarannya, sementara Dewi yang duduk disamping mulai sibuk melayani makan malam suaminya. Tanpa suara Dimas dengan cepat menghabiskan makan malamnya. Di sisi lain, Linda hanya tersenyum melihat interaksi antara Dewi dengan suaminya, yang terkesan dibuat-buat.

Selanjutnya Dimas berdiri dan langsung beranjak meninggalkan meja makan. 

“Selamat datang nona :Linda, terimakasih telah datang di rumah kami

“Terimakasih tuan Dimas”

“Maaf ya, mas Dimas memang begitu orangnya , nggak suka basa-basi, klo bicara seperlunya saja.”

“Nggak papa Wi, santai aja.”

“Ya udah kamu istirahat aja dulu, besok pagi kita jalan-jalan gimana?”

“Boleh, aku istirahat dulu ya” 

 

Dimas yang tengah mengecek email, dikejutkan oleh panggilan dari nomor asing. Sedikit ragu, diterimanya panggilan tersebut,

“Hallo, apakah betul ini nomornya Dimas Nugraha?”

“Dengan siapa?”

“Dimas ini Yoga, mau ngabarin kalo mama sakit, kondisinya tengah kritis, ingin ketemu kamu.”

“Itu bukan urusan ku!” jawab Dimas yang langsung menutup panggilan. dan memblokir nomor kontak Yoga. Lalu melakukan panggilan.

 “Yud, kamu lagi dimana?”

“Baru nyampe rumah! Ada apa pak bos?”

“Barusan si Yoga telepon aku, dia  bilang mamanya sedang kritis kondisinya, coba kamu cek kebenarannya! Besok pagi aku tunggu!”

“Ok, besok pagi saya siapin laporannya!”

 

Suara alarm di hp membuat Linda terbagnun dari tidur, meski penatnya masih terasa, Linda pun segera menuntaskan hajatnya dan melakukan sholat subuh, sebagaimana rutinitas kesehariannya. Selepas  merapiukan tempat tidurnya Linda langsung menuju dapur, yang disambut Dewi dengan penuh senyum, “Eh, :Linda sudah bangun, gimana tidurnya?”

“Lumayan, setelah perjalanan kemarin, semua ok.”

“Nanti temenin ke butik aku, sambil kita jalan-jalan bisa?”

“Tentu dong, aku ingin lihat butik milik bos Dewi, yang terkenal di seluruh Indonesia.”

“Ah, bisa aja kamu Lin, aku tuh Cuma nerusin usaha milik mertuaku dulu, jadi tingga terima mateng. Hehehehe”

“Tapi yang bikin gede dan terkenal kan nyonya Dewi istri pengusaha muda top markotop tuan Dimas Nugraha.”

Mereka berdua ditemani beberapa asisten rumah tangganya mulai beraktivitas di dapur. Dewi yang terlihat begitu bahagia juga tak luput dari perhatian bu Narsih, kepala asisten rumah tangga kepercayaan Dimas. Tak berapa lama menu sarapan pagi pun sudah siap disajikan.

.“Akhirnya selesai juga, makasih ya Lin dah dibantuin, Aku ke kamar dulu ya…mo bangunin mas Dimas, sekalian mandi.”

“Ok, kita nanti mo berangkat jam berapa?”

“Habis sarapan aja deh, biar kita nanti jalan-jalannya puas.”

“Ok deh kalo begitu, aku mandi sekalian aja!”

 

Setelah  sarapan bersama. Dimas yang sudah dijemput asisten pribadinya langsung berangkat ke kantornya. Tanpa mengindahkan Dewi dan Linda. Di dalam mobil Dimas langsung mencerca Yudi dengan berbagai pertanyaan berkaitan dengan Yoga yang semalam menelponnya.

“Yud, apa kamu tahu dimana Yoga selama ini?

“Pak Yoga sebenarnya tingga di Surabaya, bekerja sebagai dosen di bebrapa kampus, beliau juga sudah berkeluarga. Istrinya bu Evi juga aktif mengajar di SMK, serta memiliki 2 anak  perempuan, yang besar masih berusia 5 tahun, sementara yang kecil baru 1,5 tahun.”

“Lantas gimana dengan ibunya?”

“Oh, nyonya Tutik tetap tinggal di Jakarta, di rumah yang sama, akhir-akhir ini kondisinya drop, beberapa kali mengalami kritis.”

“Hai, Lin kamu dah siap? Kita berangkat sekarang aja ya…..di Jakarta banyak macetnya!”

“Yup, sebentar aku minum dulu ya.”

“Itu apaan Lin, kok kayaknya enak banget!”

“Oh,  ini minuman suplemen keluaran B erl Nutrichol yang dipercaya buat menjaga kecantikan dan kesehatan kulit .”

“Enak nggak Lin, jangan-jangan rasanya pahit kayak minum jamu”

“Enak kok, kayak minum seperti Strawberry”

“Mahalnya Lin”

“Nggak juga, mahal itu relatif  Wi, yang jelas harga sesuai dengan kualitas lah”

“Yuk kita berangkat sekarang, nanti kita mampir ke butik dulu ya”

 

Di sebuah ruang VVIP rumah sakit ternama di Jakarta, seorang wanita tua sedang tertidur ditemani oleh beberapa orang yang terlihat kelelahan. Ketukan pintu kamar membuat mereka terkejut, seorang dokter yang didampingi 2 orang perawat.

“Selamat Pagi semuanya!”

“Pagi dokter, maaf ,kamarnya masih berantakan?”

“nggak papa, kamu santai aja di sini”

“Hallo Nenek cantik, apa kabar?”

“kabar baik dokter!”

“Saya periksa dulu ya, gimana nek, apa yang dirasakan”

“Nggak tahu dokter, semuanya sakit”

“Apa ada yang nenek inginkan”

 

Di pelataran komplek pertokoan sebuah mobil mewah berlogo tiga berlian , mulai masuk ke parkiran. 2 orang wanita turun dari mobil tersebut, berjalan menuju ke sebuah butik.beberapa karyawan butik langsung menyambut sang nyonya bos, yang baru tiba.

Memasuki ruang kerjanya Dewi langsung duduk di kursi kebesaran sembari memeriksa beberapa dokumen yang diterima dari seorang staf nya.. Linda hanya memandang kagum menyaksikan aktivitas Dewi bersama stafnya.

"Shinta gimana keadaan butik, selama aku nggak kesini"

"Baik semua masih lancar, seperti biasanya."

"Oh iya Shin, ini kenalin sahabatku yang sudah kayak saudaraku, namanya Linda."

"Salam kenal bu Linda"

"Lin, Shinta ini salah satu orang kepercayaanku"

"Hallo Shinta, salam kenal juga"

*Ok Shinta, kamu boleh kembali ke ruang kerjamu, kami mau jalan-jalan sebentar"

"Baik bu Dewi, permisi bu Linda'

"Ayo Lin, kita jalan-jalan ke Mall yang ada di sebrang"

Mereka berdua pun langsung beranjak ke luar butik.

"Pak Gandi, kami mo nyebrang, jadi oak Gandi di sini aja"

"Tapi bu!"

"Sudah-sudah nggak papa, lagian juga ada Linda yang temanin saya!"

"Ayo Lin, kita nyebrang!" sambil menarik tangan Linda, mereka berdua berjalan menyebrang.

Hingga tiba-tiba sebuah mobil melaju kencang menyerempet Dewi dan Linda.


Dapat dilihat di aplikasi

https://kbm.id/book/detail/2f4c4fab-5fd3-4f3b-9598-98c4da3633e4


Monday, November 28, 2022

Terluka Karena Cinta #Part1

Prolog

Dengan langkah terburu-buru seoarng gadis muda mulai antri untuk melakukan chek-in penerbangan Surabaya – Jakarta. Hampir saja dirinya terlambat, para ground-staff pun mulai memanggil dan mengingatkan para penumpangnya untuk segera naik ke dalam pesawat yang sudah bersiap di landas pacunya. Gadis itu pun langsung berlari menyusuri tangga belalai untuk  segera masuk badan pesawat.

Dengan sedikit ngos-ngosan, disodorkan boarding passnya ke pramugari yang menyambutnya dengan senyuman ramah di pintu pesawat. Setelah dipersilahkan ia pun segera menyusuri kabin pesaat mencari nomor kursinya. Dilihatnya gadis kecil yang sedang memangku bonela puppy duduk di dekat jendela peswat. Gadis muda itu pun mulai memasukkan tas dan koper kecilnya ke dalam cabin pesawat, sementara gadis kecil itu terus memandangnya dengan penuh harap, “Maaf tante cantik, kita tukar tempat duduk ya?”

“Boleh aja nona cantik” balasnya sambil tersenyum.

“Terimakasih tante cantik, boleh ngga Aleta tau nama tante?”

“Boleh, panggil aja tante Linda, jadi nama kamu Aleta ya…. cantik sekali, yuk kita kenalan!”

 

Tak berapa kemudian crew pesawat meminta para penumpang menggunakan sabuk pengaman, karena pesawat akan bersiap untuk take-off. Gadis kecil  bernama Aleta yang awalnya tampil  ceria, mulai terlihat pucat dan berkeringat dingin. Linda pun mulai mengajak ngobrol Aleta, “Hai Aleta cantik, kamu naik pesawat sama siapa?”

“Itu sama mama dan adek aku, kami mo ke Jakarta nengok oma yang lagi sakit.”

“Lho kenapa papanya Aleta ngga ikut?”

“Papa dah di Jakarta duluan, nanti mo jemput aku, mama dan adek di bandara”

“Ow gitu ya.”

“Ini pertama kalinya Aleta dan adek naik pesawat, biasanya kami naik kereta api, tapi papa bilang kali ini Aleta, mama dan adek mesti naik pesawat, biar cepat sampainya.”

“Wah, ternyata Aleta itu dah cantik juga hebat ya.”

 

Dua orang pria gagah tampak berjalan cepat meninggalakan ruang meeting, tanpa mengindahkan orang lain di sekitarnya. Begitu masuk ruangan pribadinya,  salah satu pria tersbut langsung duduk dan tampak serius memeriksa beberapa dokumen dihadapannya. Dilemparkan dokumen tersebut kepada asistennya, “Yud, kamu periksa, aku ngerasa banyak kejanggalan!”

“Ok, saya periksa sekarang! Ada yang lain?”

“Dah, buruan aku tunggu 1 jam lagi!”

“Iya, tapi sebelum keluar, aku mo nanya sebagai sahabat dan saudara lo!”

“Apa?”

“Gua perhatiin makin hari muka lo makin kusut, ada apa sebenarnya?”

 “Entahlah, gua ngga ngerti apa yang sebenarnya terjadi dengan Dewi.”

“emangnya kenapa bini lo? Bukannya Dewi selama ini baik-baik saja!”

“Selama 5 tahun gua jalan sama Dewi, ngga pernah dia minta apapun dari gua…. Beberapa hari yang lalu tiba-tiba dia minta izin untuk ngundang sahabat semasa kuliahnya untuk datang dan nginap di rumah.”

“Mungkin mereka kangen, kan udah lama mereka ngga ketemu, jadi ngga ada yang salah kan!”

“Eh, mendingan lo keluar, selesain tugas lo, gua tunggu 1 jam lagi!”

“Iya, gua keluar sekarang, payah lo!”

 

Setelah dirasa Aleta tenang dan nyaman. Linda pun mengeluarkan perlengkapan make-up ringannya. Ia tadi memang terburu-buru hingga ngga sempet merias diri. Dimulai dengan menggunakan B Erl Fine & Fairness Cream agar warna kulitnya menjadi rata. Lalu mengoleskan B Erl Beauty Lip Matte cream untuk mempercantik bibirya.  Setelah dirasa cukup ia pun memasukkan kembali peralatan make-upnya.

Sementara Aleta yang dari tadi memandangnya berias diri, langsung reflek, “Tante Linda cantik sekali, nanti kalo Aleta besar pengen cantik kayak tante.”

“Pasti, Aleta bakan lebih cantik dari Tante.”

“Tante kita foto dulu dong, biar nati Aleta tunjukan ke temen-teman, kalo Aleta juga punya tante yang cantik.”

“Boleh, sini handphone Aleta, tante fotoin, kita selfi ya.”

 

Di lokasi penjemputan penumpang, berdiri  pria paruh baya yang tengah mengawasi para penumpang yang hendak keluar. Tangannya terus mengangkat papan bertuliskan Linda Prameswari Surabaya, sembari terusberulang-ulang  meneriakan “Nona Linda!... Nona Linda!

Selang tak berapa lama, Linda pun langsung menghampirinya, “Maaf, dengan pak Gandi ya?”

“Selamat Siang, Benar saya Sugandi yang ditugaskan nyonya Dewi untuk menjemput nona Linda.”

“Oh terimakasih pak gandi, maaf merepotkan.”

“Mari non, saya bawakan tas dan kopernya, kita berangkat sekarang!”

“Iya pak, maaf merepotkan.”

Mobil jemputan yang di kendarai pak Gandi pun mulai berjalan membelah kota Jakarta yang serba macet. Banyangan gedung pencakar langit kota Jakarta tak lepas dari pengamatan Linda. Hal itulah yang menjadi salah ssatu alasan Linda menolak untuk bekerja dan tinggal di Jakarta. Guna mengatasi kejenuhan di tengah-tengah padatnya arus alu lintas, hinga Linda mulai bertanya membuka percakaan dengan bertanya, “Maaf pak Gandi, boleh saya bertanya?”

“Silahkan non, saya akan jawab pertanyaan Nona Linda sebatas yang saya tahu!”

“Suaminya Dewi itu kerjanya dimana?”

“Oh tuan Rudi itu pemillik grup Nusantara,  sekaligus jadi CEOnya, kalo nyonya Dewi ngga kerja non, kebanyakan hanya baca buku.”

“Terkadang nyonya Dewi juga keluar ngurusin butik peninggalan mendiang nyonya besar, tapi dah 3 bulan ini, nyonya Dewi ngga mau keluar rumah lagi. Bahkan akhir-akhir ini sering duduk ngelamun.”

“Lho, ada apa dengan Dewi pak?”

“Saya kurang tahu non, ngga berani”

“Ok pak Gandi, semoga kedatangan saya nantinya bisa menyemangati Dewi!”

“semoga non!”

“Masih jauh ngga pak rumahnya”

“kira-kira kalo lancar 15 menit lagi kita nyampe non.”

“Ok pak Gandi”

 

 

Di rumah mewah pinggiran yang terletak di pinggiran kota Jakarta, mobil yang ditumpangi Linda mulai memasuki halaman dan berhenti tepat di depan pintu masuk rumah. Dengan sigap security rumah mewah tersebut langsung membukakan pintu mobil. Sementara pak Gandi langsung menurunkan koper dan tas Linda untuk diserahkan kepada pelayan yang menyambut. Dewi pun langsung keluar menyambut kedatangan sahabat semasa kuliahnya dulu, dengan peluk cium penuh haru.

“Hai, Linda terimakasih mo datang ke rumah aku”

“Sama-sama, dah lama ya kita ngga ketemuan.”

“Mungkin ada kali 7 tahun ya.”

“Ok, yuk kita masuk dulu!” ajak Dewi sambil menggandeng Linda memasuki rumahnya.

“Bi, antar tas dan kopernya ke kamar tamu ya!”

“Baik, nyonya!”

Dewi dan Linda pun langsung melanjutkan acara ngobrolnya di ruang keluarga.

 

Tak berselang lama mobil Dimas memasuki halaman rumah, yang langsung di sambut pak Gandi untuk memarkirkannya. Sementara Dimas pun berjalan masuk ke dalam rumah, Dewi yang mengetahui kedatangan Dimas, segera berdiri menyambutnya dengan mencium tangan Dimas dan mengambil tas yang dibawanya. Sementara Dimas terus melangkah memasuki ruang kerjanya, Dewi yang berjalan di belakangnya di ikuti pak Gandi dan seorang pelayan lainnya.  Setelah Dewi meletakkan tasnya Dimas,

“Mas Linda temen aku dah datang.”

“Ok, nanti aku keluar menemuinya.”

Selanjutnya Dewi pun keluar meninggalkan ruangan kerja Dimas.

“Gimana pak Gandi, ada yang perlu saya ketahui?”

“Maaf tuan, hari ini tidak ada yang mencolok, semua tugas sudah saya kerjakan.”

“Lalu bagaimana dengan bu Narsih, apa yang terjadi di rumah?”

“Seperti biasa tuan, nyonya Dewi hanya duduk melamun, akhir-akhir ini nyonya Dewi justru seringkali menangis di kamar mandi. Beberapa kali pelayan lain juga memergokinya tanpa sengaja.”

“Menurut bu Narsih sejak kapan istri ku mulai seperti itu.”


Dapat dilihat di aplikasi

https://kbm.id/book/detail/2f4c4fab-5fd3-4f3b-9598-98c4da3633e4