Monday, November 28, 2022

Terluka Karena Cinta #Part1

Prolog

Dengan langkah terburu-buru seoarng gadis muda mulai antri untuk melakukan chek-in penerbangan Surabaya – Jakarta. Hampir saja dirinya terlambat, para ground-staff pun mulai memanggil dan mengingatkan para penumpangnya untuk segera naik ke dalam pesawat yang sudah bersiap di landas pacunya. Gadis itu pun langsung berlari menyusuri tangga belalai untuk  segera masuk badan pesawat.

Dengan sedikit ngos-ngosan, disodorkan boarding passnya ke pramugari yang menyambutnya dengan senyuman ramah di pintu pesawat. Setelah dipersilahkan ia pun segera menyusuri kabin pesaat mencari nomor kursinya. Dilihatnya gadis kecil yang sedang memangku bonela puppy duduk di dekat jendela peswat. Gadis muda itu pun mulai memasukkan tas dan koper kecilnya ke dalam cabin pesawat, sementara gadis kecil itu terus memandangnya dengan penuh harap, “Maaf tante cantik, kita tukar tempat duduk ya?”

“Boleh aja nona cantik” balasnya sambil tersenyum.

“Terimakasih tante cantik, boleh ngga Aleta tau nama tante?”

“Boleh, panggil aja tante Linda, jadi nama kamu Aleta ya…. cantik sekali, yuk kita kenalan!”

 

Tak berapa kemudian crew pesawat meminta para penumpang menggunakan sabuk pengaman, karena pesawat akan bersiap untuk take-off. Gadis kecil  bernama Aleta yang awalnya tampil  ceria, mulai terlihat pucat dan berkeringat dingin. Linda pun mulai mengajak ngobrol Aleta, “Hai Aleta cantik, kamu naik pesawat sama siapa?”

“Itu sama mama dan adek aku, kami mo ke Jakarta nengok oma yang lagi sakit.”

“Lho kenapa papanya Aleta ngga ikut?”

“Papa dah di Jakarta duluan, nanti mo jemput aku, mama dan adek di bandara”

“Ow gitu ya.”

“Ini pertama kalinya Aleta dan adek naik pesawat, biasanya kami naik kereta api, tapi papa bilang kali ini Aleta, mama dan adek mesti naik pesawat, biar cepat sampainya.”

“Wah, ternyata Aleta itu dah cantik juga hebat ya.”

 

Dua orang pria gagah tampak berjalan cepat meninggalakan ruang meeting, tanpa mengindahkan orang lain di sekitarnya. Begitu masuk ruangan pribadinya,  salah satu pria tersbut langsung duduk dan tampak serius memeriksa beberapa dokumen dihadapannya. Dilemparkan dokumen tersebut kepada asistennya, “Yud, kamu periksa, aku ngerasa banyak kejanggalan!”

“Ok, saya periksa sekarang! Ada yang lain?”

“Dah, buruan aku tunggu 1 jam lagi!”

“Iya, tapi sebelum keluar, aku mo nanya sebagai sahabat dan saudara lo!”

“Apa?”

“Gua perhatiin makin hari muka lo makin kusut, ada apa sebenarnya?”

 “Entahlah, gua ngga ngerti apa yang sebenarnya terjadi dengan Dewi.”

“emangnya kenapa bini lo? Bukannya Dewi selama ini baik-baik saja!”

“Selama 5 tahun gua jalan sama Dewi, ngga pernah dia minta apapun dari gua…. Beberapa hari yang lalu tiba-tiba dia minta izin untuk ngundang sahabat semasa kuliahnya untuk datang dan nginap di rumah.”

“Mungkin mereka kangen, kan udah lama mereka ngga ketemu, jadi ngga ada yang salah kan!”

“Eh, mendingan lo keluar, selesain tugas lo, gua tunggu 1 jam lagi!”

“Iya, gua keluar sekarang, payah lo!”

 

Setelah dirasa Aleta tenang dan nyaman. Linda pun mengeluarkan perlengkapan make-up ringannya. Ia tadi memang terburu-buru hingga ngga sempet merias diri. Dimulai dengan menggunakan B Erl Fine & Fairness Cream agar warna kulitnya menjadi rata. Lalu mengoleskan B Erl Beauty Lip Matte cream untuk mempercantik bibirya.  Setelah dirasa cukup ia pun memasukkan kembali peralatan make-upnya.

Sementara Aleta yang dari tadi memandangnya berias diri, langsung reflek, “Tante Linda cantik sekali, nanti kalo Aleta besar pengen cantik kayak tante.”

“Pasti, Aleta bakan lebih cantik dari Tante.”

“Tante kita foto dulu dong, biar nati Aleta tunjukan ke temen-teman, kalo Aleta juga punya tante yang cantik.”

“Boleh, sini handphone Aleta, tante fotoin, kita selfi ya.”

 

Di lokasi penjemputan penumpang, berdiri  pria paruh baya yang tengah mengawasi para penumpang yang hendak keluar. Tangannya terus mengangkat papan bertuliskan Linda Prameswari Surabaya, sembari terusberulang-ulang  meneriakan “Nona Linda!... Nona Linda!

Selang tak berapa lama, Linda pun langsung menghampirinya, “Maaf, dengan pak Gandi ya?”

“Selamat Siang, Benar saya Sugandi yang ditugaskan nyonya Dewi untuk menjemput nona Linda.”

“Oh terimakasih pak gandi, maaf merepotkan.”

“Mari non, saya bawakan tas dan kopernya, kita berangkat sekarang!”

“Iya pak, maaf merepotkan.”

Mobil jemputan yang di kendarai pak Gandi pun mulai berjalan membelah kota Jakarta yang serba macet. Banyangan gedung pencakar langit kota Jakarta tak lepas dari pengamatan Linda. Hal itulah yang menjadi salah ssatu alasan Linda menolak untuk bekerja dan tinggal di Jakarta. Guna mengatasi kejenuhan di tengah-tengah padatnya arus alu lintas, hinga Linda mulai bertanya membuka percakaan dengan bertanya, “Maaf pak Gandi, boleh saya bertanya?”

“Silahkan non, saya akan jawab pertanyaan Nona Linda sebatas yang saya tahu!”

“Suaminya Dewi itu kerjanya dimana?”

“Oh tuan Rudi itu pemillik grup Nusantara,  sekaligus jadi CEOnya, kalo nyonya Dewi ngga kerja non, kebanyakan hanya baca buku.”

“Terkadang nyonya Dewi juga keluar ngurusin butik peninggalan mendiang nyonya besar, tapi dah 3 bulan ini, nyonya Dewi ngga mau keluar rumah lagi. Bahkan akhir-akhir ini sering duduk ngelamun.”

“Lho, ada apa dengan Dewi pak?”

“Saya kurang tahu non, ngga berani”

“Ok pak Gandi, semoga kedatangan saya nantinya bisa menyemangati Dewi!”

“semoga non!”

“Masih jauh ngga pak rumahnya”

“kira-kira kalo lancar 15 menit lagi kita nyampe non.”

“Ok pak Gandi”

 

 

Di rumah mewah pinggiran yang terletak di pinggiran kota Jakarta, mobil yang ditumpangi Linda mulai memasuki halaman dan berhenti tepat di depan pintu masuk rumah. Dengan sigap security rumah mewah tersebut langsung membukakan pintu mobil. Sementara pak Gandi langsung menurunkan koper dan tas Linda untuk diserahkan kepada pelayan yang menyambut. Dewi pun langsung keluar menyambut kedatangan sahabat semasa kuliahnya dulu, dengan peluk cium penuh haru.

“Hai, Linda terimakasih mo datang ke rumah aku”

“Sama-sama, dah lama ya kita ngga ketemuan.”

“Mungkin ada kali 7 tahun ya.”

“Ok, yuk kita masuk dulu!” ajak Dewi sambil menggandeng Linda memasuki rumahnya.

“Bi, antar tas dan kopernya ke kamar tamu ya!”

“Baik, nyonya!”

Dewi dan Linda pun langsung melanjutkan acara ngobrolnya di ruang keluarga.

 

Tak berselang lama mobil Dimas memasuki halaman rumah, yang langsung di sambut pak Gandi untuk memarkirkannya. Sementara Dimas pun berjalan masuk ke dalam rumah, Dewi yang mengetahui kedatangan Dimas, segera berdiri menyambutnya dengan mencium tangan Dimas dan mengambil tas yang dibawanya. Sementara Dimas terus melangkah memasuki ruang kerjanya, Dewi yang berjalan di belakangnya di ikuti pak Gandi dan seorang pelayan lainnya.  Setelah Dewi meletakkan tasnya Dimas,

“Mas Linda temen aku dah datang.”

“Ok, nanti aku keluar menemuinya.”

Selanjutnya Dewi pun keluar meninggalkan ruangan kerja Dimas.

“Gimana pak Gandi, ada yang perlu saya ketahui?”

“Maaf tuan, hari ini tidak ada yang mencolok, semua tugas sudah saya kerjakan.”

“Lalu bagaimana dengan bu Narsih, apa yang terjadi di rumah?”

“Seperti biasa tuan, nyonya Dewi hanya duduk melamun, akhir-akhir ini nyonya Dewi justru seringkali menangis di kamar mandi. Beberapa kali pelayan lain juga memergokinya tanpa sengaja.”

“Menurut bu Narsih sejak kapan istri ku mulai seperti itu.”


Dapat dilihat di aplikasi

https://kbm.id/book/detail/2f4c4fab-5fd3-4f3b-9598-98c4da3633e4

No comments:

Post a Comment